Nusantara - Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas
Peta kepulauan Nusantara berlapis emas melambangkan tanah air Negara Kesatuan Republik Indonesia di Ruang Kemerdekaan Monas, Jakarta
Nusantara artinya sebuah kata yang berasal menurut perkataan dalam bahasa Kawi (sebuah bentuk bahasa Jawa Kuno yg poly dipengaruhi oleh bahasa Sanskerta), yaitu ꦤꦸꦱ (nusa) terj. har. "pulau" & ꦲꦤ꧀ꦠꦫ (antara) terj. har. "luar". Istilah "Nusantara" secara spesifik merujuk pada Indonesia (kepulauan Indonesia),[1][dua][tiga]:tiga[4]:230 kata ini tercatat pertama kali pada kitab Negarakertagama buat menggambarkan konsep kenegaraan yg dianut Majapahit; yang kawasannya meliputi sebagian besar Asia Tenggara, terutama dalam daerah kepulauan.
Pada tahun 1900-an kata ini dihidupkan balik sang Ki Hajar Dewantara[5] sebagai salah satu nama alternatif buat negara merdeka pelanjut Hindia Belanda. Sekalipun nama "Indonesia" (terj. 'Kepulauan Hindia') disetujui buat dipakai sebagai nama resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia, kata Nusantara permanen diabadikan menjadi sinonim buat kepulauan Indonesia. Penggunaan istilah ini pada zaman antik dipakai buat mendeskripsikan kesatuan geografi-antropologi kepulauan yg terletak pada antara benua Asia dan Australia (termasuk Semenanjung Melayu). Namun dalam penggunaan terbaru, kata "Nusantara" hanya dipakai buat merujuk wilayah kepulauan Indonesia secara khusus.Nusantara pada konsep kenegaraan Jawa Majapahit
Wilayah Majapahit pada puncak terluasnya.
Dalam konsep kenegaraan Jawa dalam abad ke-13 sampai ke-15, raja adalah "Raja-Dewa": raja yang memerintah merupakan juga penjelmaan tuhan. Lantaran itu, wilayah kekuasaannya memancarkan konsep kekuasaan seseorang dewa. Kerajaan Majapahit bisa dipakai sebagai teladan. Negara dibagi sebagai 3 bagian daerah:
Gajah Mada menyatakan dalam Sumpah Palapa:Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukita palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah Nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa.
Terjemahannya adalah:"Dia Gajah Mada Patih Amangkubumi nir ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, "Jika telah mengalahkan pulau-pulau lain, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah gw (baru akan) melepaskan puasa".
Kitab Negarakertagama mencantumkan daerah-wilayah "Nusantara", yang pada masa kini bisa dikatakan mencakup sebagian besar wilayah modern Indonesia (Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi & pulau-pulau di sekitarnya, sebagian Kepulauan Maluku, & Papua Barat) ditambah daerah Malaysia, Singapura, Brunei & sebagian mini Filipina bagian selatan. Secara morfologi, istilah ini adalah istilah beragam yg diambil menurut bahasa Jawa Kuno nusa ("pulau") & antara (lain/seberang).Dwipantara
Kebanyakan sejarawan Indonesia percaya bahwa konsep kesatuan Nusantara bukanlah pertama kali dicetuskan oleh Gajah Mada dalam Sumpah Palapa dalam tahun 1336, melainkan dicetuskan lebih berdasarkan setengah abad lebih awal sang Kertanegara dalam tahun 1275. Sebelumnya dikenal konsep Cakrawala Mandala Dwipantara yang dicetuskan oleh Kertanegara, raja Singhasari.[7] Dwipantara adalah istilah pada bahasa Sanskerta untuk "kepulauan antara", yang maknanya sama persis dengan Nusantara, lantaran "dwipa" adalah sinonim "nusa" yang bermakna "pulau". Kertanegara mempunyai wawasan suatu persatuan kerajaan-kerajaan Asia Tenggara pada bawah kewibawaan Singhasari dalam menghadapi kemungkinan ancaman agresi Mongol yg membentuk Dinasti Yuan di Tiongkok. Karena alasan itulah Kertanegara meluncurkan Ekspedisi Pamalayu buat menjalin persatuan & komplotan politik menggunakan kerajaan Malayu Dharmasraya pada Jambi. Pada awalnya ekspedisi ini dipercaya penakhlukan militer, akan tetapi belakangan ini diduga ekspedisi ini lebih bersifat upaya diplomatik berupa unjuk kekuatan & kewibawaan buat menjalin persahabatan & komplotan dengan kerajaan Malayu Dharmasraya. Buktinya merupakan Kertanegara justru mempersembahkan Arca Amoghapasa sebagai hadiah buat menyenangkan hati penguasa dan masyarakat Malayu. Sebagai balasannya raja Melayu mengirimkan putrinya; Dara Jingga dan Dara Petak ke Jawa buat dinikahkan menggunakan penguasa Jawa.Penggunaan modern
Pada tahun 1920-an, Ki Hajar Dewantara mengusulkan penggunaan pulang istilah "Nusantara" buat menyebut wilayah Hindia Belanda. Nama ini dipakai sebagai salah satu cara lain karena nir mempunyai unsur bahasa asing. Dan juga, alasan lain dikemukakan karena Belanda, sebagai penjajah, lebih senang menggunakan kata Indie (terj. "Hindia"), yang mengakibatkan banyak keracuan menggunakan literatur berbahasa lain yang bisa menunjukan bukti diri bangsa lain, yakni India. Istilah ini juga memiliki beberapa cara lain lainnya, seperti "Indonesië" (Indonesia) & "Insulinde" (berarti "Kepulauan Hindia"). Istilah yang terakhir ini diperkenalkan oleh Eduard Douwes Dekker.[lima]
Ketika akhirnya "Indonesia" ditetapkan menjadi nama kebangsaan bagi negara independen pelanjut Hindia Belanda dalam Kongres Pemuda II (1928), istilah Nusantara nir dan-merta surut penggunaannya. Istilah ini lalu permanen lestari dipakai menjadi sinonim bagi "Indonesia", dan dipakai dalam aneka macam hal yg utamanya berkaitan dengan kebangsaan, contohnya yakni baik pada pengertian kebudayaan, antropogeografik, juga politik (misalnya dalam konsep Wawasan Nusantara).Nama mak kota negara baru Indonesia
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa membicarakan, bunda kota baru di Kalimantan Timur akan diberi nama Nusantara.[8]Lihat pula
- Wawasan Nusantara
- Sejarah Nusantara
- Indonesia Raya
- Nama Asia Tenggara
- Sejarah Indonesia
- Sejarah nama Indonesia
- Aksara Nusantara
- Prasasti Nusantara
- Malesia
- Sumpah Palapa
- (Indonesia) Wacana Nusantara
- (Indonesia) Pikiran Rakyat: Asal usul nama Indonesia Diarsipkan 2008-01-09 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Nusantara Bukanlah Wilayah Majapahit? Diarsipkan 2018-03-03 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Baru Diketahui, Majapahit Tak Pernah Kuasai Nusantara
Komentar
Posting Komentar